Rabu, 18 April 2012

Sejarah Komik Indonesia

Komik Indonesia, dalam pengertian buku bacaan yang berisi cerita dalam bentuk gambar dan aksara, atau kadang cuma gambar saja, seperti yang selama ini kita kenal, pertama kali muncul pada awal tahun 1931, di media massa masyarakat Cina berbahasa Melayu. Harian Sin Po namanya. Ketika itu, Kho Wan Gie yang kemudian menggunakan nama Sopoiku, memulai debut cergam humor yang menceritakan tentang sosok lelaki gendut bermata sipit, bernama Put On, yang suka melindungi rakyat kecil.

Marcel Bonneff, peneliti sejarah dan perkembangan komik Indonesia, menempatkan titik awal sejarah pertumbuhan Komik Indonesia ialah pada awal Perang Dunia Pertama, yaitu dengan dipublikasikannya cerita bergambar yang bercorak realistis di Harian Ratoe Timoer, Solo, pada tahun 1939, yang berjudul Mentjari Poetri Hijaoe, karya Nasroen A. S.

Langkah-langkah awal kelahiran komik Indonesia ini dilanjutkan oleh komikus-komikus lain, yang antara lain: B. Margono, yang membuat komik Roro Mendut dan dipubliksikan di Harian Sinar Matahari Jogjakarta, pada masa pendudukan Jepang – 1942.
Setelah Indonesia merdeka – 19 Desember 1948, Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, memuat komik Kisah Pendudukan Jogja, karya salah seorang pionir komik Indonesia, Abdulsalam. Menurut temuan Arswendo Atmowiloto, berdasar pada katalog atau kartu yang sesuai dengan iklan dalam Minggu Pagi, bahwa Kisah Pendudukan Jogja ini pernah dibukukan, dan beredar pada 19 Desember 1952, yang berarti merupakan buku komik pertama yang terbit di Indonesia. Dan ini bisa dijadikan koreksi atas catatan Marcel Bonneff yang mengatakan bahwa komik Indonesia yang pertama dibukukan adalah Sri Asih, yang beredar pada sekitar 1953 atau 1954, karya R. A. Kosasih (komikindonesia.com – 19 Juli 2007).

Ko Put On adalah komik strip pertama di Indonesia, yang dimuat di harian Sin Po. Siapa yang saat ini tidak mengenal Doyok, Panji Koming, Beni & Mice, atau Lotif? Sebagian besar penduduk Jakarta pasti mengenal mereka karena mereka adalah tokoh-tokoh dalam komik strip yang ada dimuat dalam beberapa surat kabar. Namun, siapakah dari kita yang saat ini mengenal Ko Put On?

Saat ini Ko Put On hanya dapat diumpai di Perpustakaan Nasional dalam surat kabar Sin Po edisi tahun 1930-1960-an karena Ko Put On adalah tokoh utama dari komik strip yang diciptakan oleh Kho Wan Gie, seorang Indonesia keturunan Tionghoa yang menjadi pelopor komik strip pertama di Indonesia.

Seperti umumnya komik strip pada saat ini, selain berisi cerita tentang kehidupan sehari-hari, Put On juga menceritakan kondisi yang tengah terjadi pada masyarakat Jakarta di masa itu. Dan karena latar belakang pembuatnya keturunan Tionghoa, maka topik dalam komik strip yang dibuatnya itu pun terkadang menyangkut masalah-masalah yang dihadapi orang-orang keturunan Tionghoa saat itu.

Dalam buku Jakarta-Batavia: Esai Sosio-Kultural, Myra Sidharta menyebut, sepanjang lebih dari 30 tahun, Put On menjadi panutan bagi para pembaca Sin Po yang kebanyakan orang Tionghoa peranakan di Indonesia. Karena jangka waktunya sebegitu lama, kita bisa mengikuti perubahan yang terjadi pada peranakan Tionghoa, terutama yang tinggal di Jakarta, lewat komik Put On.

Perubahan itu bersifat politis, sosial, dan budaya. Selama periode itu, Put On membantu mereka melihat perubahan yang menjengkelkan, atau bagi sebagian orang menakutkan, melalui sudut pandang berbeda, yaitu sudut pandang komik (KITLV, 2007).

Put On sendiri berasal dari ejaan Hokkian (Fujian) dari Bu An atau "Si Gelisah". Hal ini mungkin dimaksudkan sebagai cerminan dari masyarakat saat itu yang selalu mengalami "kegelisahan" karena keadaan dan situasi politik yang tidak menentu.

Sayangnya, komik strip Ko Put On ini, seperti komik-komik strip lain, tampaknya masih dipandang sebelah mata sebagai "saksi sejarah" sehingga tidak ada usaha mendokumentasikan, bahkan membukukannya.

Dengan meninggalnya sang pembuat, Kho Wan Gie, pada tahun 1983, komik ini semakin tercecer dan mulai menghilang seiring waktu. Sayang sekali, padahal kita dapat belajar banyak darinya. (Lily Utami, pemerhati sejarah dan budaya lulusan jurusan Arkeologi UI).
 

1 komentar: